Alor – Selain berhasil menyelenggarakan pelatihan diving tingkat lanjut pada tahun ini, Thresher Shark Indonesia juga memberikan kesempatan bagi tiga pemuda Alor terpilih untuk mengikuti pelatihan biologi kelautan. Mereka adalah Deven Malihing (21), Yuliana Feby Maubuty (20) dan Esau Yakob Karmakani (25) yang tergabung dalam program Thresher Shark Conservation Champion 2. Melalui serangkaian materi dan pengalaman langsung di lapangan, para peserta diajak untuk memahami biologi laut dari sisi sains.
Pelatihan ini dibina oleh Rizky Erdana yang memiliki latar belakang ilmu kelautan dan sejumlah pengalaman penelitian terumbu karang, lamun (seagrass) dan ikan. Peserta tidak hanya belajar tentang hiu tikus (thresher shark), tetapi juga mendalami pengetahuan tentang pendataan lamun dan terumbu karang. Langkah ini diambil untuk membekali peserta dengan pemahaman yang lebih dalam tentang ekosistem bawah laut, serta memahami bagaimana data yang diambil berkontribusi.
Pelatihan biologi kelautan ini dilakukan sebanyak enam kali pertemuan intensif dan terdiri dari dua sesi utama, yaitu sesi materi dan sesi lapangan. Sesi teori memberikan peserta materi pendataan terumbu karang, dengan fokus pada tiga metode, yaitu PIT (Point Intercept Transect), LIT (Line Intercept Transect), dan UPT (Underwater Photographic Transect). Selain itu, untuk pendataan lamun, peserta dibekali dengan materi terkait metode LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Melalui serangkaian sesi materi yang informatif, peserta kemudian diarahkan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dengan mengambil data terumbu karang dan lamun secara langsung, menjadi seorang peneliti yang aktif terlibat dalam eksplorasi kehidupan laut.
Pada pelatihan ini, peserta tidak hanya dibekali dengan keterampilan pengambilan data terumbu karang dan lamun, tetapi juga diajarkan tentang proses pengolahan data. Mereka diberikan panduan mendalam tentang bagaimana cara mengolah data karang yang telah mereka kumpulkan sebelumnya, menggunakan aplikasi CPCe (Coral Point Count with Excel extensions). Dengan demikian, peserta tidak hanya menjadi peneliti yang terampil dalam mengumpulkan data lapangan, tetapi juga mahir dalam menganalisis dan mengolah informasi yang mereka peroleh, yang kemudian akan dijadikan sebagai landasan untuk membentuk strategi kebijakan konservasi laut berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy).
“Kesempatan ini tidak hanya memberikan keunggulan kemampuan menyelam dan penelitian berbasis kelautan, tetapi juga membuka pintu bagi mereka untuk terlibat dalam industri selam dan penelitian di Taman Perairan Kepulauan Alor. Sebagai champion, mereka diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam upaya pelestarian dan perlindungan ekosistem laut” ungkap Koordinator Program, Vivekananda Gitandjali.
Melalui inisiatif seperti pelatihan diving tingkat lanjut dan biologi kelautan, Thresher Shark Indonesia tidak hanya menciptakan para ahli diving dan ilmu kelautan yang kompeten, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem laut. Peserta yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi pelopor dalam upaya pelestarian laut, menginspirasi pemuda asli Alor lain untuk bergabung dalam melindungi kehidupan bawah laut yang luar biasa indah dan berharga.
Program Sertifikasi Menyelam Tingkat Lanjut dan Pelatihan Biologi Laut untuk pemuda Alor yang tergabung ke dalam Thresher Shark Conservation Champion 2, merupakan salah satu program dari Thresher Shark Indonesia. Program ini berinisiasi untuk mendukung peningkatan kapasitas pemuda Alor di bidang konservasi kelautan. Program ini mendapat dukungan dari McPike-Zima Foundation yang berfokus pada pembiayaan organisasi lokal untuk memberikan perubahan di komunitas mereka masing-masing.
Penulis: Badra/Vivekananda/Rafid