Pada 3 April 2021, Nusa Tenggara Timur terdampak oleh badai Seroja. Badai siklon tropis yang terbentuk di selatan Nusa Tenggara Timur ini telah menyebabkan banjir dan tanah longsor dan menelan banyak korban jiwa di beberapa wilayah NTT dan juga Timor Leste. Selain itu, badai ini juga menyebabkan gelombang setinggi 4 – 6meter. Thresher Shark Indonesia, melalui Thresher Shark Conservation Champion melakukan penggalangan dana untuk membantu korban Badai Seroja, khususnya di Pulau Alor.
Alor – Dalam waktu sekejap, Badai Seroja telah meluluh lantakan ratusan rumah warga dan menutup akses jalan akibat banjir dan tanah longsor. Di Desa Waisika, Alor, seluruh rumah warga hancur terkena tanah longsor. Menurut pengakuan pemerintah desa setempat, “Ini bencana paling dasyat yang pernah terjadi di Alor, terakhir terjadi seperti ini sekitar 40 tahun yang lalu,” pungkasnya. Menurut hasil pencatatan dari pemerintah desa, sedikitnya terdapat 263 KK terdampak bencana ini dari kondisi sedang-berat, dengan 120 KK kehilangan rumah.
Selanjutnya, dana yang terkumpul melalui penggalangan dana secara daring oleh Thresher Shark Indonesia sebanyak Rp3.035.000,-. Dana ini telah di salurkan ke Desa Waisika dalam bentuk sembako, peralatan rumah tangga, alas tidur, dan makanan. Penyaluran dana dilakukan secara langsung ke posko penanggulangan bencana yang berada di desa tersebut dan telah diterima langsung oleh masyarakat sekitar.
Badai Seroja merupakan siklon tropis yang terbentuk karena sistem tekanan rendah non-frontal dengan skala sinoptik. Siklon ini terbentuk di atas perairan hangat dengan kecepatan angin maksimum mencapai 34 knot pada setengah wilayah yang melingkari pusat. Selain itu, badai ini dapat bertahan setidaknya enam jam. Badai ini mengakibatkan curah hujan yang tinggi, gelombang tinggi, dan badai petir pada kawasan sekitarnya.