Cerita
Pemerintah Kabupaten Alor Membuka Program Thresher Shark Conservation Champion Batch 2
Alor – Pemerintah Kabupaten Alor melalui Bappelitbang serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor secara resmi membuka Thresher Shark Conservation Champion 2, pada hari hari Senin (18/07/2022), bertempat di Aikoli Kang Resort, Kelurahan Welai Barat, Kecamatan Teluk Mutiara. Setelah terpilih sebagai “Champion”, 16 pemuda Alor mengikuti rangkaian pelatihan dan pendampingan dalam The Conservation Camp selama…
16 Pemuda Alor Terpilih Sebagai Kader Thresher Shark Conservation Champion Batch 2
Alor – 16 pemuda Alor terpilih sebagai Kader Thresher Shark Conservation Champion Batch 2 pada hari Selasa (5/7/2022), bertempat di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor. Kali ini, Thresher Shark Indonesia menerima 141 pendaftar yang berasal dari 11 Kecamatan di seluruh Kabupaten Alor. Seluruh pendaftar diseleksi kembali berdasarkan kelengkapan berkas, umur dan penilaian esai.…
Thresher Shark Indonesia Kembali Menggelar Program Pelatihan Konservasi Laut untuk Pemuda Alor
Setelah keberhasilan program Thresher Shark Conservation Champion Batch 1, kini Thresher Shark Indonesia kembali mengajak para pemuda Alor dengan minat tinggi dalam bidang konservasi laut untuk mengikuti pelatihan pengembangan kapasitas dan kepemimpinan di Thresher Shark Conservation Champion Batch 2. Thresher Shark Conservation Champion pertama kali diinisiasi di tahun 2020 dengan 20 pemuda Alor terpilih berumur…
Mentor
Champions
Kelompok Pari Manta
Kelompok Pari Manta melakukan penelitian sosial ekonomi untuk mengetahui ketergantungan masyarakat terhadap penambangan pasir dan nilai ekonomi dari aktivitas tersebut. Masyarakat di sekitar Desa Alila Timur sering melakukan penambangan pasir tepi pantai secara ilegal. Hal ini sangat berdampak terhadap kerusakan lingkungan sekitar seperti, abrasi pantai yang mengakibatkan longsor dan kerusakan pemukiman penduduk. Sedangkan, penambangan pasir merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat di sekitar Alila Timur.
Dalam proyek ini, kelompok Pari Manta turut bekerja sama dengan pemerintah desa untuk mencari alternatif bagi masyarakat setempat dan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan,seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Akademisi, Yasasan Alor Indan, dan kelompok pemerharti lingkungan. Selain itu, mereka juga mengajak masyarakat untuk dampak buruk penambangan pasir terhadap lingkungan dan melakukan penanaman kembali 300 anakan pohon di kawasan pesisir.
Kelompok Dugong
Kelompok Dugong memiliki fokus proyek untuk memberikan pengetahuan terkait bahaya, dampak, dan cara pengelolaan sampah di pesisir Desa Lewalu. Desa Lewalu merupakan desa pesisir Alor yang memiliki permasalahan sampah, seperti banyaknya sampah yang berserakan di pekarangan rumah dan sampahyang hanyut ke laut. Permasalahan ini terjadi karena tidak tersedianya tempat sampah sementara di desa, dan juga kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Selain itu, praktik masyarakat yang masih membakar sampah meningkatkan angka Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) di Desa Lewalu.
Kelompok Dugong menginiasi kegiatan kerja bakti rutin di tingkat desa untuk membersihkan daerah pesisir dan Desa Lewalu dengan menggandeng komunitas, masyarakat setempat, LSM dan siswa sekolah dalam kegiatan tersebut. Harapannya, kegiatan kerja bakti ini dapat membawa kebiasaan baru bagi masyarakat untuk mengelola sampah mereka dimulai dari rumah.
Kelompok Hiu Tikus
Desa Lewalu merupakan desa yang masyarakatnya bergantung kepada spesies Hiu Tikus (Thresher Shark), saat ini statusnya terancam punah. Hiu Tikus merupakan sumber ekonomi, dan sumber makanan bagi masyarakat Desa Lewalu. Sejalan dengan program konservasi hiu tikus yang digagas oleh Thresher Shark Indonesia, kelompok Hiu Tikus bekerja di tingkat Desa dalam upaya advokasi, membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat, dan menjadi mediator Kabupaten dalam upaya pemberdayaan ekonomi alternatif bagi nelayan yang bergantung pada Hiu Tikus.
Kelompok Penyu
Ekosistem mangrove di Desa Pailelang mengalami kerusakan kritis hingga 50%. Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan ini, dan faktor yang paling signifikan adalah ekploitasi magrove oleh masayrakat lokal. Untuk mengatasi masalah ini, Kelompok Penyu bekerja sama dengan masyarakat di Desa Pailelang untuk merehabilitasi mangrove di pesisir pantai dengan menanam 800 bibit mangrove. Dalam jangka panjang, upaya ini juga penting untuk meningkatkan ketahanan pesisir dari banjir tetapi juga memitigasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dari atmosfer.