Bagaimana project ini bermula? Apa yang membuat Anda memutuskan untuk fokus pada konservasi hiu Thresher?
Populasi hiu Thresher menurun secara drastis di seluruh dunia, tetapi masih sedikit informasi mengenai spesies ini. Kami adalah proyek pertama di Indonesia yang berfokus pada konservasi hiu Thresher.
Ide awal dari proyek ini muncul pertama kali saat kami mendapatkan informasi mengenai banyaknya hiu Thresher yang sedang hamil dan tertangkap di Nusa Penida, Bali. Akan tetapi, banyak komunitas di sana yang menolak dengan kuat mengenai keberadaan konservasi hiu. Oleh karena itu, daerah sana tidak dipilih menjadi tempat untuk proyek ini. Dengan kata lain, usaha kami tidak diterima dengan baik. Partner kami, Shawn Heinrichs dan Sarah Lewis menginformasikan mengenai komunitas kecil di Alor yang juga menangkap hiu Thresher yang sedang hamil. Kapal Silolona telah mengadakan kontak dengan komunitas pemancing hiu di sana dan telah bekerja sama dengan nelayan dengan memberikan mereka intensif untuk tidak menangkap hiu Thresher. Hubungan awal yang telah dilakukan oleh Silolona telah memberikan kami pengenalan awal kepada komunitas lain, bersamaan dengan kesempatan untuk bisa terlibat dan membangun konservasi hiu yang lebih komprehensif – maka lahirlah Thresher Shark Project.
Proyek kami awalnya didanai oleh Conservation Leadership Programme. Pada tahun pertama kami bekerja, kami berfokus pada membangun hubungan dengan komunitas penangkap hiu di Alor. Selain itu, kami juga mencoba untuk menemukan dan mulai mencari solusi mata pencaharian alternatif, sambil menginvestigasi habitat dari spesies ini serta bagaimana perannya dalam sosial ekonomi dari hiu Thresher di daerah Alor. Kami juga menginisiasi beberapa program pengenalan konservasi di sekolah-sekolah lokal.
Sebutkan apa saja pencapaian yang telah diraih proyek ini pada tahun lalu?
Kami sangat bangga dengan hubungan dan relasi yang telah kami bangun dengan komunitas penangkap hiu di Alor dan pengambil kebijakan di daerah setempat, seperti operator pariwisata dan pemerintah lokal. Sebelum Thresher Shark Project, pemerintah kota Alor tidak menyadari akan adanya kehadiran hiu Thresher diperairan mereka, dan riset terhadap spesies ini hampir tidak ada.
Kami mampu menyediakan satelit pengintai pertama untuk mempelajari spesies ini di Alor. Kami juga mendokumentasikan area hiu Thresher sering terlihat dengan bantuan dari penyelam lokal. Proyek rintisan ini telah membawa kami pada sebuah kesadaran, bahwa daerah Alor merupakan area yang sangat penting untuk habitat ini. Riset yang kami lakukan mengindikasikan bahwa area di sekitar Alor, kemungkinan merupakan tempat yang penting untuk pintu migrasi dan cleaning station bagi hiu Thresher.
Kami membagikan temuan kami dengan para pemegang kebijakan lokal, termasuk pemerintah regional kota Alor. Mereka terkesan dengan temuan dan komitmen kami akan konservasi spesies ini. Selain itu, riset yang kami lakukan memberikan keuntungan pada komunitas lokal. Pemerintah kota Alor kemudian menawarkan untuk menciptakan sebuah kebijakan baru yang melibatkan mata pencaharian alternatif untuk komunitas penangkap hiu Thresher. Komunitas penangkap hiu sangat menyambut baik dengan kebijakan tersebut. Mereka juga ikut berkolaborasi dan bekerja sama dengan kami untuk merealisasikan proyek tersebut. Dengan melibatkan mereka dalam aspek-aspek pembentukan kebijakan, kami merasa terdapat potensi besar untuk membentuk kebijakan yang efektif terhadap konservasi hiu Thresher di Alor, sambil mengurangi dampak negatif terhadap komunitas penangkap hiu.
Apa yang menjadi tantangan dalam mengimplementasikan proyek ini?
Jumlah tim yang terbatas di lapangan membuat kami kesulitan untuk mendapatkan jumlah data yang cukup untuk mendokumentasikan informasi sepanjang tahun di Alor. Selain itu, karena anggota yang tinggal di zona waktu yang berbeda, permasalahan komunikasi seringkali terhambat dan mengakibatkan lambatnya proses pengambilan keputusan selama pelaksanaan projek.
Pada saat akhir tahun lalu, kami berhasil mengumpulkan anggota penuh waktu dan hal ini memungkinkan kami untuk mengimplementasikan hal-hal yang diperlukan. Lebih banyak orang di lapangan memungkinkan kami untuk membangun relasi dan hubungan yang baik dengan komunitas setempat.
Dapatkah kamu memperkenalkan beberapa aspek dari proyek/inisiasi ini?
Tahun ini, kami merekrut anggota baru guna membantu kami dalam pembangunan proyek, implementasi, dan citizen science. Selain itu, kami melakukan pengembangan pada sosial media dan website tim, dengan harapan untuk membentuk kesadaran yang lebih mengenai kesadaran akan hiu Thresher di Indonesia dan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hal yang sedang kami lakukan.
Kami bertujuan untuk mengembangkan model bisnis yang inovatif dengan menghubungkan wirausaha sosial untuk menggalang dana. Nantinya, dana tersebut akan membantu pekerjaan kami. Kami akan menjual barang yang sustainable yang dapat mempromosikan pesan kami ke audiens yang lebih luas.
Dapatkah kamu memberitahukan mengenai apa yang menjadi goals Thresher Shark Project di 2020?
Tujuan utama kami adalah untuk menghentikan angka kematian hiu Thresher di Alor akibat manusia, sambil mencari mata pencaharian alternatif bagi komunitas nelayan di area tersebut.
Kami telah mengajukan proposal melalui Shark Conservation Fund untuk melanjutkan usaha kami dari tahun lalu dan membangun sebuah kebijakan konservasi lokal untuk hiu Thresher.
Kami berharap dapat membuat suatu contoh awal dari pembentukan kebijakan yang tidak akan merugikan komunitas lokal. Kebijakan yang baru harus dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dari komunitas di Alor dan tidak hanya menguntungkan pihak tertentu.
Kami juga berencana untuk membangun jaringan akustik telemetri pertama di beberapa cleaning station hiu Thresher. Hal ini akan membantu memonitor secara jangka panjang dan memperkuat fungsi dari lokal MPA saat ini di Alor.